Seseorang berkata kepada Bisyr, “Sesungguhnya Fulan yang kaya itu banyak melakukan puasa dan shalat.”
Bisyr berkata kepadanya, “Kasihan, dia meninggalkan urusannya sendiri dan memasuki urusan orang lain. Sesungguhnya lebih baik dia memberi makanan kepada orang-orang yang kelaparan dan menyedekahkan hartanya untuk orang-orang miskin daripada melaparkan dirinya sendiri dan bershalat untuk kepentingan diri sendiri. Untuk apa dia mengumpulkan [harta] dunia dan menahan harta kekayaan itu dari kaum fakir miskin?”
Begitulah jahiliyahnya orang kaya yang sibuk menumpuk dan menyimpan harta kekayaan, tetapi pelit untuk menginfakkannya. Ia menyibukkan diri dengan ibadah badan yang tidak memerlukan biaya. Di antaranya: berpuasa pada siang hari, bershalat malam, dan mengkhatamkan Al-Qur’an. Sebenarnya, orang seperti ini tertipu lantaran kebakhilannya telah menguasai relung hatinya (tanpa ia insafi).
(Sumber: Yusuf al-Qardhawi, Fiqh Prioritas, hlm. 284)
Post a Comment